Rabu, 05 Mei 2010

AN BELAJAR, DAN POLA ASUH ORANG TUA)
FAKTOR EKSTERNAL DALAM PEMBELAJARAN (PENDEKATAN BELAJAR, LINGKUNG


A.LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Melalui pendidikan diharapkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat diperlukan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan kualitas diri individu, terutama dalam menentukan kemajuan pembangunan suatu bangsa dan negara. Tingkat kemajuan suatu bangsa tergantung kepada cara bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia yang berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada calon penerus dan pelaksana pembangunan. Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang bertanggung jawab dan berkompetensi penuh atas proses pendidikan. Lembaga pendidikan wajib menyediakan berbagai fasilitas dan memenuhi kebutuhan peserta didiknya dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung dari factor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa. Factor yang sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah factor eksternal (gaya belajar peserta didik, lingkungan, dan pola asuh orang tua).
Dalam gaya belajar pesera didik ada sebuah pepatah yang mengatakan, bahwa lain ladang lain ikannya, lain orang lain pula gaya belajarnya. Pepatah tersebut memeng pas untuk menjelaskan fenomena bahwa tidak semua orang punya gaya belajar yang sama.
Kemampuan seseorang untuk menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.1
Keluarga adalah merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapat pengaruh, karena itu keluarga merupakan lembaga pendidikan tertinggi yang bersifat informal dan kodrat. Pada keluarga inilah anak mendapat asuhan dari orang tua menuju ke arah perkembangannya.
Keluarga bagi seorang anak merupakan lembaga pendidikan non formal pertama, di mana mereka hidup, berkembang, dan matang. Di dalam sebuah keluarga, seorang anak pertama kali diajarkan pada pendidikan. Dari pendidikan dalam keluarga tersebut anak mendapatkan pengalaman, kebiasaan, ketrampilan berbagai sikap dan bermacam-macam ilmu pengetahuan. Di samping itu keluarga merupakan lembaga pendidikan yang membekali anak dengan berbagai pengalaman sosial dan nilai moral. Keluarga merupakan lingkungan yang juga ikut berpengaruh bagi anak sebagai individu dalam proses terbentuknya sikap, selain lingkungan pendidikan sekolah dan masyarakat.
Pada dasarnya, semua orang tua menghendaki putra-putri mereka tumbuh menjadi anak yang baik, cerdas, patuh, dan terampil. Selain itu, banyak lagi harapan lainnya tentang anak yang kesemuanya berbentuk sesuatu yang positif. Pada posisi lain, setiap orang tua berkeinginan untuk mendidik anaknya secara baik dan berhasil. Mereka berharap mampu membentuk anak yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berbakti pada orang tua, berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, nusa bangsa-negara juga bagi agamanya serta anak yang cerdas memiliki kepribadian yang utuh.
Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anak hendaklah kasih sayang yang sejati pula. Yang berarti pendidik atau orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri.2


B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada uraian latar belakang dalam bagian sebelumnya, maka pokok permasalahan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Apa yang di maksud dengan faktor eksternal?
2.Dari faktor-faktor eksternal, manakah faktor yang paling mempengaruhi?

C.KAJIAN PUSTAKA
Faktor eksternal adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan.
Orang Tua memegang peranan utama dan pertama bagi pendidikan anak, mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan, sedangkan guru disekolah merupakan pendidik yang kedua setelah orang tua di rumah. Pada umunnya murid atau siswa adalah merupakan insan yang masih perlu dididik atau diasuh oleh orang yang lebih dewasa dalam hal ini adalah ayah dan ibu, jika orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama ini tidak berhasil meletakan dasar kemandirian maka akan sangat berat untuk berharap sekolah mampu membentuk siswa atau anak menjadi mandiri.3

D.PEMBAHASAN
FAKTOR EKSTERNAL DALAM PEMBELAJARAN
Faktor eksternal adalah adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan.
Faktor eksternal yang berpengaruh dalam pembelajaran yaitu:
1.PENDEKATAN (GAYA) BELAJAR PESERTA DIDIK
Sebelum kita mengajarkannya pada orang lain, langkah terbaik adalah mengenali gaya belajar kita sendiri. Pertimbangan ini yang sering kali dilupakan. Dengan kata lain, kita sendiri harus merasakan pengalaman mendapatkan gaya belajar yang tepat begi diri sendiri. Sebelum menularkannya pada orang lain. Ada banyak alasan dan keuntungan yang bisa kita dapatkan apabila kita mampu memahami ragam gaya belajar termasuk gaya kita sendiri.
Ada beberapa gaya belajar yang bisa kita cermati:
1.gaya visual learners
gaya belajar ini adalah seseorang dapat belajar dengan mudah lewat saluran indera penglihatan.
Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini:
kebutuhan melihat sesuatu (informasi/ pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya.
Memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna
Memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistic
Memiliki kesulitan berdialog secara langsung
Terlalu reaktif terhadap suara
Sulit mengikuti anjuran secara lisan
Seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Untuk mengikuti ragam masalah tersebut, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan sehingga belajar tetap bisa dilakukan dengan memberikan hasil yang menggembirakan. Salah satunya adalah menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran.
2.gaya auditory learners
Gaya belajar ini adalah seseorang yang dapat belajar dengan mudah lewat saluran indera pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya kita bisa mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakternya yaitu:
semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaraan
memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentukmtulisan secara langsung
memiliki kesulitan menulis ataupun membaca
Ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk belajar apabila kita termasuk seseorang yang memiliki kesulitan- kesulitan belajar tersebut:
1.Menggunakan tape perekam sebagai alat bantu. Alat ini digunakan untuk merekam bacaan atau cacatan yang dibacakan atau ceramah di depan kelas untuk kemudian didengarkan kembali
2.Yang bisa dilakukan adalh dengan wawancara atau terlibat dalam kelompok diskusi
3.Dengan mencoba membaca informasi, kemudian diringkas dalam bentuk lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami
4.Dengan melakukan reviw secara verbal dengan teman atau pelajar
3.gaya tactual learners
Gaya belajar ini harus dilakukan dengan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini tidak semua orang bisa melakukannya:
menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar kita bisa terus mengingatnya.
Hanya dengan memegang, kita dapat menyerap informasinya tanpa harus membaca penjelasannya
Kita termasuk orang yang tidak bisa atau tahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan pelajaran
Kita merasa bisa belajar lebih baik apabila disertai dengan kegiatan fisik
Orang yang memiliki gaya belajar ini memiliki kemampuan mengoordinasikan sebuah tim dan kemampuan menggerakan gerak tubuh
Untuk orang-orang yang memiliki karakteristik tersebut, pendekatan belajar yang bisa dilakukan adalah belajar berdasarkan atau melalui pengalaman dengan meng unakan berbagai model atau peraga, bekerja di laboratorium, atau bekerja sambil belajar. Cara lain yang bisa digunakan adalah secara tetap membuat jeda ditengah waktu belajar. Tidak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter tactual learner juga akan mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk belajar mengucapkannya atau memahami fakta.
Pengguna computer bagi karakter ini akan sangat membantu. Karena, dengan computer dia bisa terlibat akyif dengan melakukan touch, sekaligus menyerap informasi dalam bentuk gambar dan tulisan. Selain itu, agar belajar menjhadi efektif dan berarti, orang dengan karakter di atas disarankan untuj memuji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta di lapangan.4
2. LINGKUNGAN BELAJAR
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosisitem.5
kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitarnya mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk budi pekerti dan watak seorang anak. Hal ini disebabkan karena lingkungan merupakan satu komponen dalam sistem pendidikan yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan.
Lingkungan belajar sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Lingkungan tersebut dapat meningkatkan keaktifan anak dan efektivitas belajar.6

3.POLA ASUH ORANG TUA
pola asuh orang tua adalah gambaran yang dipakai oleh orang tua dalam mengasuh, membesarkan, merawat dan mendidik yang berpengaruh secara langsung terhadap kemandirian anak dalam belajar.7
Baumrind dalam Agoes Dariyo (2004:97) membagi pola asuh orang tua menjadi tiga yakni permisif, otoriter, dan demokratis. 1. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.
Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.
Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.
2.Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.
Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.
Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid/ selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.
3.Pola Asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya.
Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.8

4.Saran agar pembelajaran bisa efektif
1.Peserta didik harus mengenali karakter dirinya sendiri.
2.Seorang guru dan orang tua harus mampu menciptakan lingkungan yang kondusif dan menyenangkan agar peserta didik dapat belajar secara efektif.
3.Baik ibu dan ayah harus kompak memilih pola asuh yang akan diterapkan kepada anak. Jangan plin-plan dan berubah-ubah agar anak tidak menjadi bingung.
4.Jadilah orang tua yang diteladani anak dengan mencontohkan hal-hal positif dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai anak dipaksa melakukan hal baik yang orangtuanya tidak mau melakukannya. Anak nantinya akan menghormati dan menghargai orang tuanya sehingga setelah dewasa akan menyayangi orangtua dan anggota keluarga yang lain.
5.Sesuaikan pola asuh dengan situasi, kondisi, kemampuan dan kebutuhan anak. Polas asuh anak balita tentu akan berbeda dengan pola asuh anak remaja. Jangan mendidik anak dengan biaya yang tidak mampu ditalangi orangtuanya. Usahakan anak mudah paham dengan apa yang kita inginkan tanpa merasa ada paksaan, namun atas dasar kesadaran diri sendiri.
6.Kedisiplinan tetap harus diutamakan dalam membimbing anak sejak mulai kecil hingga dewasa agar anak dapat mandiri dan dihormati serta diharga masyarakat. Hal-hal kecil seperti bangun tidur tepat waktu, membantu pekerjaan rumah tangga orangtua, belajar dengan rajin, merupakan salah satu bentuk pengajaran kedisiplinan dan tanggungjawab pada anak.

E.KESIMPULAN
Faktor-faktor eksternal tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan yang selanjutnya akan menentukan seberapa jauh seorang individu bersikap dan berfikir secara mandiri dalam kehidupan lebih lanjut.9
Factor eksternal yang mempengaruhi belajar peserta didik:
1.Gaya belajar
a.gaya visual learners
gaya visual learners adalah seseorang dapat belajar dengan mudah lewat saluran indera penglihatan.
b.gaya auditory learners
gaya auditory learners adalah seseorang yang dapat belajar dengan mudah lewat saluran indera pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.
c.gaya tactual learners
gaya tactual learners adalah dengan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya.
2.Lingkungan
Lingkungan belajar sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Lingkungan tersebut dapat meningkatkan keaktifan anak dan efektivitas belajar
3.Pola asuh orng tua
Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu di antaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Di samping itu, orang tua memiliki sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-beda, karena orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu, yaitu:
a.Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.
b.Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak.
c.Pola Asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua.

DAFTAR PUSTAKA
Uno, B., Hamzah, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008
Djamarah, S.B., Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008
Ali, Mohammad & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Remaja, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH4d24.dir/doc.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar