Senin, 17 Mei 2010

pemanfaatan kaleng bekas
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang Masalah
I. 2 Perumusan Masalah
I. 3 Tujuan
I. 4 Hipotesa
I. 5 Metode Perolehan Data
I. 6 Sistimatika Penulisan

I. 1 Latar Belakang Masalah
Dalam penyusunan karya ilmiah ini saya mengangkat masalah pemanfaatan kaleng bekas, karena banyak orang yang belum menyadari manfaat dari kaleng bekas apabila diolah dengan baik. Banyak orang beranggapan kalau kaleng bekas hanyalah sampah yang menggangu dan tidak berguna, tapi jika kaleng bekas berada di tangan yang tepat akan menjadi barang yang bernilai tinggi.

I. 2 Perumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam karya ilmiah ini adalah utamanya mengenai cara memanfaatkan limbah kaleng menjadi barang yang berguna. Tidak lupa juga cara pembuatan suatu benda dengan bahan utama kaleng bekas.

I. 3 Tujuan
Tujuan saya dalam menyusun makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia semester 2. Selain itu juga untuk memberikan informasi kepada pembaca sekalian mengenai berbagai manfaat dari benda yang dipandang tidak bermanfaat.

I. 4 Hipotesa
Kaleng adalah salah satu jenis sampah anorganik yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan manusia yang lainnya. Sampah anorganik merupakan sampah yang tidak mudah membusuk. Selain kaleng yang termasuk sampah anorganik adalah plastik, kertas, botol, kaca, dan masih banyak lagi.



I. 5 Metode Perolehan Data
Informasi mengenai pemanfaatan kaleng bekas ini saya dapatkan dengan metode browsing internet, saya membuka beberapa situs yang memberikan informasi mengenai masalah pemanfaatan kaleng bekas.

I. 6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


BAB II PEMANFAATAN KALENG BEKAS
A. Limbah dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan
B. Cara Pengolahan Sampah
C. Manfaat dari Kaleng Bekas
D. Cara Pembuatan Mainan Anak-anak
E. Cara Pembuatan Antena Wireless
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran
III.3 Daftar Pustaka
III.4 Lampiran

A. Limbah dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan
Kata limbah sering dikaitkan dengan sesuatu yang kotor dan menjijikan. Keberadaannya dalam lingkungan dapat mengganggu dalam hal keindahan, kenyamanan, maupun kesehatan kita. Limbah menjadi sumber pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, limbah perlu mendapat penanganan semaksimal mungkin sebelum menimbulkan kerugian-kerugian bagi lingkungan dan makhluk hidup.
Dampak negatif yang ditimbulkan dari limbah/sampah yang tidak dikelola dengan baik adalah sebagai berikut:
a. Gangguan Kesehatan
- Timbulan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat mendorong penularan infeksi;
- Timbulan sampah dapat menimbulkan penyakit yang terkait dengan tikus;
b. Menurunnya kualitas lingkungan
- Tempat yang seharusnya merupakan habitat makhluk hidup penuh dengan sampah sehingga banyak makhluk hidup yang mati.

c. Menurunnya estetika lingkungan
- Timbulan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan menjadikan lingkungan tidak indah untuk dipandang mata;
d. Terhambatnya pembangunan negara
- Dengan menurunnya kualitas dan estetika lingkungan, mengakibatkan pengunjung atau wisatawan enggan untuk mengunjungi daerah wisata tersebut karena merasa tidak nyaman, dan daerah wisata tersebut menjadi tidak menarik untuk dikunjungi. Akibatnya jumlah kunjungan wisatawan menurun, yang berarti devisa negara juga menurun.
e. salah satu penyebab terjadinya bencana alam
- sampah yang menumpuk di sungai merupakan penyebab utama timbulnya banjir karena aliran air menjadi terhambat oleh sampah sehingga air meluap.

Banyak sekali dampak negatif dari sampah sehingga pengolahannya pun sangat diperlukan agar dampak negatif yang ditimbulkan tidak begitu besar.

B. Cara Pengolahan Sampah

Selasa, 11 Mei 2010

Rabu, 05 Mei 2010

PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI (ONGGOK) SEBAGAI PAKAN UNGGAS

30 11 2009
Rate This
Quantcast


Oleh : Supratman Waras S

ABSTRAK

Dalam rangka meningkatkan ketersediaan bahan pakan ternak yang berkualitas, serta mendukung peningkatan produksi peternakan untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani, serta meningkatkan ketahanan pangan nasional dengan meningkatnya populasi dari nutrisi yang lebih baik. Penggunaan onggok sebagai pakan ternak dihadapkan pada beberapa kendala, antara lain rendahnya nilai gizi (protein) dan masih tingginya kandungan sianida, untuk itu dicari teknik pengolahan yang dapat mening-katkan kandungan nutrisi dan menurunkan kandungan zat antinutrisi pada onggok. Melalui teknologi fermentasi suatu upaya dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas hasil ikutan agro-industri seperti onggok. Salah satu teknologi altematif untuk dapat memanfaatkan onggok sebagai bahan baku pakan ternak adalah dengan cara mengubahnya menjadi produk yang berkualitas, yaitu melalui proses fermentasi Setelah fermentasi kadar protein onggok meningkat dari sekitar 2,2 menjadi sekitar 18,6%. Produk yang dihasilkan diujicobakan pada berbagai jenis unggas. Penggunaan campuran onggok dan ampas tahu fermentasi 30 % (RD) memberikan produksi terbaik, berat telur tertinggi dan konversi ransum terendah Hasil ujicoba ,onggok terfermentasi sampai dengan 10% dapat digunakan dalam formulasi pakan ayam pedaging. Dan terhadap persentase bobot karkas, bobot hati dan rempela juga tidak ada perbedaan yang nyata. Namun, pemberian lebih tinggi dari 10%, perlu pengkajian lebih lanjut. Sebab pada penelitian sebelumnya pernah dilaporkan bahwa, penggunaan cassapro ubikayu, lebih dari 10% dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap pertambahan bobot badan maupun konversi pakan.

Kata kunci : onggok, fermentasi, pakan unggas

PENDAHULUAN

Onggok merupakan limbah padat agro industri pembuatan tepung tapioca yang dapat dijadikan sebagai media fermentasi dan sekaligus sebagai pakan ternak. Onggok dapat dijadikan sebagai sumber karbon dalam suatu media karena masih banyak mengandung PATI(75 %) yang tidak terekstrak, tetapi kandungan protein kasarnya rendah yaitu, 1.04 %berdasarkan bahan kering. Sehingga diperlukan tambahan bahan lain sebagai sumber nitrogen yang sangat diperlukan unmtuk pertumbuhan pakan (Nuraini et al.2007) Media fermentasi dengan kandungan nutrient yang seimbang diperlukakan untuk menunjang kapang lebih maksimal dalam memproduksi β karoten sehingga dihasilkan suatu produk fermentasi yang kaya β karoten.

Penggunaan onggok untuk bahan baku penyusunan pakan ternak masih sangat terbatas, terutama untuk hewan monogastrik. Hal ini disebabkan kandungan proteinnya yang rendah disertai dengan kandungan serat kasarnya yang tinggi (lebih dari 35%).

Dengan proses bioteknologi dengan teknik fermentasi dapat meningkatkan mutu gizi dari bahan-bahan yang bermutu rendah. Misalnya, produk fermentasi dari umbi ubikayu (Cassapro/ Cassava protein tinggi), memiliki kandungan protein 18-24%, lebih tinggi dari bahan asalnya ubikayu, yang hanya mencapai 3%. Demikian juga, onggok terfermentasi juga memiliki kandungan protein tinggi yakni 18% dan dapat digunakan sebagai bahan baku ransum unggas.

PEMBAHASAN

Penggunaan onggok sebagai pakan ternak dihadapkan pada beberapa kendala, antara lain rendahnya nilai gizi (protein) dan masih tingginya kandungan sianida, untuk itu dicari teknik pengolahan yang dapat mening-katkan kandungan nutrisi dan menurunkan kandungan zat antinutrisi pada onggok. Melalui teknologi fermentasi dengan Aspergillus niger diharapkan akan meningkatkan nilai gizi (yang dicarikan antara lain dengan meningkatnya kandungan protein kasar) dan menurunkan kandungan zat antinutrisi HCN pada onggok terolah. Menurut Supriyati (2003), sebelum difermentasi onggok tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu, sampai kadar airnya maksimal 20% dan selanjutnya digiling. Untuk setiap 10 kg bahan baku pakan dibutuhkan 80 gram kapang A. niger dan 584,4 gram campuran mineral anorganik. Sedang untuk preparasinya adalah sebagai berikut: 10 kg onggok kering giling dimasukkan ke dalam baskom besar (ukuran 50 kg). Selanjutnya ditambah 584,4 gram campuran mineral dan diaduk sampai rata. Kemudian ditambah air hangat sebanyak delapan liter, diaduk rata dan dibiarkan selama beberapa menit. Setelah agak dingin ditambahkan 80 gram A. niger dan diaduk kembali. Setelah rata dipindahkan ke dalam baki plastik dan ditutup. Fermentasi berlangsung selama empat hari. Setelah terbentuk miselium yang terlihat seperti fermentasi tempe, maka onggok terfermentasi dipotong-potong, diremas-remas dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60 derajat C dan selanjutnya digiling

Onggok yang telah difermrntasi dianalisa kandungan nutriennya, antara onggok dan onggok terfermentasi berbeda. Yaitu, kandungan protein kasar dan protein sejati, masing-masing meningkat dari 2,2 menjadi 18,4%. Sedang karbohidratnya menurun dari 51,8 menjadi 36,2% Sementara kandungan serat kasar onggok terfermentasi cenderung menurun. (Tabel1). Hal ini terjadi karena selama fermentasi, kapang A. niger menggunakan zat gizi (terutama karbohidrat) untuk pertumbuhannya. Dan kandungan protein meningkat dari 2,2 menjadi 18,4%, dengan menggunakan urea dan ammonium sulfat sebagai sumber nitrogen.

Tabel 1. Komposisi gizi onggok

Gizi Tanpa ferementasi (%BK) Fermentasi (% BK)
Protein kasar 2,2 18,6
Karbohidrat 51,8 36,2
Abu 2,4 2,6
Serat Kasar 10,8 10,46

Hasil penelitian Tabrany S, dkk menunjukkan bahwa fermentasi onggok dengan Aspergillus niger sampai 4 minggu secara statistik sangat nyata (p<0,01)>

Sabrina et al (2008) telah mencoba memberikan campuran onggok dan ampas tahu fermentasi 30 % (RD) memberikan produksi terbaik, berat telur tertinggi dan konversi ransum terendah dibanding dengan perlakuan perlakuan lainya (Tabel 2)

Tabel 2. Performa Ayam Dan Kualitas Telur yang Menggunakan Ransum Mengandung Onggok Fermentasi Dengan N.Crassa

Performa Ransum Perlakuan SE
RA RB RC RD
Konsumsi ransum (g/ekor/hari) 112.01B 112.50B 114.02A 114.79A 1.01
Produksi Hen Day (%) 65.51D 67.94C 69.12B 71.40A 1.04
Bobot Telur (g/butir) 61.21B 63.07B 67.22A 67.78A 1.07
Massa Telur (g/ekor/hari) 39.61D 40.86C 43.73B 48.40A 1.23
Konversi Ransum (g/hari) 2.85D 2.76C 2.62B 2.55A 1.14
Warna kuning Telur 8.40D 9.00C 10.00B 10.60A 0.23
Kolesterol (mg/100g) 207.20A 175.40B 143.40C 117.80 3.73

Dari penelitian lainya penggunaan onggok fermentasi sampai dengan 10% dalam formulasi pakan ayam pedaging masih aman dan tidak menimbulkan dampak negatif. Artinya aman untuk dikonsumsi oleh ayam. Dan dapat meningkat produksinya masing-masing 9,7% dan 30,9%. Bobot telur juga meningkat pada ayam yang memperoleh ransum onggok terfermentasi (Tabel 2)

Tabel 3. Pengaruh Penggunaan Onggok Terfermentasi dalam Ransum terhadap Kualitas Telur.

Parameter Tanpa Onggok Terfermrntasi Dengan Onggok Terfermentasi
Jumlah Telur (butir) 10.00 10-.00
Bobot Telur (g) 39.60 42.78
Nilai Warna Kuning 6.50 6.00
Haught Unit 97.20 88.55
Tebal Kerabang 0.36 0.38

Pada percobaan di Balai Penelitian Ternak Balitnak), digunakan 144 ekor ayam pedaging umur tiga hari, dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan. Masing-masing perlakuan (P1, P2 dan P3) diberi formula pakan dengan tiga tingkatan onggok terfermentasi yang berbeda. Yaitu, P1: 0% (kontrol), P2: 5,0% dan P3: 10,0% (onggok terfermentasi) dalam pakan. Namun kandungan protein kasar dari ransum tersebut telah diperhitungkan dan untuk tiap-tiap formula adalah sebagai berikut: P1: 20,7%, P2: 21,04% dan P3: 21,05%. Percobaan dilakukan selama empat minggu.

Sedang pertambahan bobot badan dari kelompok ayam yang memperoleh pakan onggok terfermentasi 10% (P3) sebesar 960 gram. Dan ini tidak berbeda nyata dengan kelompok ayam P2 (5% onggok terfermentasi). Pada kedua pertakuan (P2 dan P3), juga tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol (0% onggok terfermentasi), yang mempunyai bobot hidup sebesar 988 gram. Konsumsi pakan juga tidak berbeda antar perlakuan dan selama perlakuan konsumsi pada kel. P1, P2 dan P3, masing-masing adalah 1882, 1912 dan 1869 gram. Sedang untuk nilai konversi pakan adalah 1,90 untuk semua perlakuan.

Dengan demikian, maka onggok terfermentasi sampai dengan 10% dapat digunakan dalam formulasi pakan ayam pedaging. Dan terhadap persentase bobot karkas, bobot hati dan rempela juga tidak ada perbedaan yang nyata.

Namun, pemberian lebih tinggi dari 10%, perlu pengkajian lebih lanjut. Sebab pada penelitian sebelumnya pernah dilaporkan bahwa, penggunaan cassapro ubikayu, lebih dari 10% dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap pertambahan bobot badan maupun konversi pakan.

KESIMPULAN

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, mutu onggok dapat ditingkatkan sebagai bahan baku pakan sumber protein, yang pemanfaatannya dapat dikembangkan pada tingkat peternak. Bila ditinjau dari aspek kandungan proteinnya, maka kemungkinan ke depan, penggunaan onggok terfermentasi untuk pakan unggas memiliki prospek yang baik dan diharapkan dapat menggantikan jagung/dedak atau polard. Pengguna onggok terfermentasi dalam ransum memberikan efesiensi produksi yang lebih baik dan biaya produksi lebih rendah.

DAFTAR PUSTAKA

http://acadstaff.ugm.ac.id/profile_dosen_4.php?rand=MTMxNDcxNDg1

http://markusti.multiply.com

http://markustri.multiply.com/photos/album/17/Onggok_Ongok_Ampas_Tapioka

http://markustri.multiply.com/photos/album/17/Onggok_Ongok_Ampas_Tapioka

ht tp://pemulungilmudankreasi.wordpress.com/

http://wanipintar.blogspot.com/2009/09/pengaruh-penggunaan-onggok-yang.html

http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr246027.pdf

http://onlinebuku.com/2009/01/02/pemanfaatan-onggok-fermentasi-sebagai-pakan-ternak/





Karya Ilmiah Pemanfaatan Kulit Durian di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan tahap-tahap pembangunan di Indonesia dititikberatkan pada sektor pertanian dan mewujudkan pembangunan ekonomi yang seimbang.
Dari pernyataan diatas, jelaslah bahwa industri hasil pertanian sangatlah penting peranannya.
Namun dengan adanya industri hasil pertanian ini mempunyai dampak negatif, yaitu limbah industri. Dalam karya tulis ini, penulis mencoba mengatasi masalah limbah hasil pertanian yang menjadi kendala dalam industri pertanian.
Dalam karya tulis ini, penulis akan mengangkat masalah limbah kulit durian, yang dianggap sampah di masyarakat.
1.2 Tujuan
a.Untuk mengurangi kendala daur ulang limbah terutama limbah kulit durian;
b.Untuk mencari alternatif minyak tanah dan gas alam yang semakin habis;
c.Untuk menambah bahan untuk pembuatan makanan yang higienis dan terjangkau.
1.3 Manfaat
a.Mengentaskan masalah limbah yang mengotori lingkungan;
b.Kulit durian dapat dijadikan sebagai alternatif bahan bakar memasak
c.Kulit durian juga dapat dijadikan sebagai sumber makanan baru.
1.4 Ruang Lingkup
Dalam karya tulis ini, ruang lingkup yang digunakan adalah limbah kulit durian di sekitar lingkungan.
1.5 Metode
Dalam penelitian ini metode yang dipakai yaitu melalui metode percobaan pada kulit durian yang digunakan sebagai obyek penelitian.


BAB II
KERANGKA TEORI
Durian dikenal dengan nama latin Durie Ziberthinus. Durian merupakan buah musiman. Durian berasal dari negara tetangga yaitu, negara Malaysia. Namun, pada saat ini durian tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia, Ceylon, India, Burma, Vietnam, Malaysia, sampai Philipina.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan dikotil, tumbuhan berzat kayu, maka perkembangbiakan dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif, misalnya mencangkok pada dahan yang sehat.
Akan tetapi, dengan kemajuan teknologi sekarang, perkembangbiakannya lebih banyak dilakukan melalui okulasi.
Secara tradisional, pohon durian dapat tumbuh pada daerah yang berketinggian kira-kira 800 meter dari permukaan laut. Durian baru berbuah setelah berumur sekitar 9 tahun. Sekarang dengan teknologi modern yang meliputi pembibitan dan pemupukan, maka durian ada yang berbuah pada umur 4 atau 5 tahun.
Kulit durian yang akan dimanfaat memiliki serat-serat dan berlendir, memang serat-serat dan lendir dalam kulit durian membuat kulit durian sulit untuk dibakar apalagi digunakan sebagai bahan bakar, namun jika serabut tersebut disingkirkan, kulit durian dapat menjadi briket/bahan bakar yang sangat baik. Selain itu, kulit durian mengandung pelitin yang kadarnya tinggi yang dapat digunakan untuk pembuatan makanan.





BAB III
HASIL PENELITIAN
Kulit durian dapat dijadikan bahan bakar setelah melalui proses berikut:
1.Kulit durian awalnya dipotong kecil-kecil;
2.Kemudian dicincang sampai halus;
3.Kulit durian yang telah dicincang kemudian ditumbuk sampai halus;
4.Kulit durian yang telah ditumbuk dimasukkan ke dalam bak kayu dan ditekan hingga betul-betul padat, sampai tebalnya kira-kira 4 cm.
5.Kemudian adonan kulit durian dipotong denga ukuran 7x7cm.
6.Langkah terakhir jemur adonan kulit durian hingga benar-benar kering.
7.Jadilah briket kulit durian sebagai bahan bakar.
Sebagai bahan percobaan, percobaan dilakukan pada air 500 mililiter dengan bahan bakar briket kulit durian seberat 250 gram.
Tabel Percobaan.
Bahan bakar


Suhu air dalam waktu
Keadaan api
0
5
10
15
Briket kulit durian
24°C
40°C
88°C
100°C
Biru kemerahan
Sedangkan untuk mengolah kulit durian menjadi sumber makanan baru, melalui proses sebagai berikut:
1. Kulit durian dicuci bersih lalu dipotong kecil-kecil;
2. Didihkan air, lalu masukkan potonga kulit durian tersebut. Panaskan 30-40 menit, anmgkat lalu didiamkan selama semalam (12jam);
3. Rebusan kulit durian disaring. Hasil saringan kulit durian dan air dicampu dengan pulp nenas dengan perbandingan berat 1:1.
4.Pemanasan dilakukan perlahan-lahan dengan api yang tidak terlalu besar dan setelah sari buah cukup banyak yang keluar, dilakukan pendidihan dengan cepat sampai sari buah teruapkan.













































BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
a.Tidak ada perbedaan yang menonjol antara produk konsumsi dari kulit durian dengan produk sejenis.
b.Dengan berhasilnya kulit durian, maka didapat 2 manfaat sekaligus yaitu;
Bahaya pencemaran limbah kulit durian dapat teratasi.
Tersedianya bahan bakar alternatif yang baru.

4.2 Saran
Mengingat pemanfaatan limbah kulit durian membutuhkan kimia dan biologi, alangkah baiknya pelajaran tersebut tidak hanya di pelajari di SMA saja tetapi dapat dimulai dari bangku SMP bahkan SD, agar memungkinkan siswa dapat berpikir lebih akurat tentang pokok permasalahan yang ada.

AN BELAJAR, DAN POLA ASUH ORANG TUA)
FAKTOR EKSTERNAL DALAM PEMBELAJARAN (PENDEKATAN BELAJAR, LINGKUNG


A.LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Melalui pendidikan diharapkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat diperlukan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan kualitas diri individu, terutama dalam menentukan kemajuan pembangunan suatu bangsa dan negara. Tingkat kemajuan suatu bangsa tergantung kepada cara bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia yang berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada calon penerus dan pelaksana pembangunan. Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang bertanggung jawab dan berkompetensi penuh atas proses pendidikan. Lembaga pendidikan wajib menyediakan berbagai fasilitas dan memenuhi kebutuhan peserta didiknya dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung dari factor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa. Factor yang sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah factor eksternal (gaya belajar peserta didik, lingkungan, dan pola asuh orang tua).
Dalam gaya belajar pesera didik ada sebuah pepatah yang mengatakan, bahwa lain ladang lain ikannya, lain orang lain pula gaya belajarnya. Pepatah tersebut memeng pas untuk menjelaskan fenomena bahwa tidak semua orang punya gaya belajar yang sama.
Kemampuan seseorang untuk menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.1
Keluarga adalah merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapat pengaruh, karena itu keluarga merupakan lembaga pendidikan tertinggi yang bersifat informal dan kodrat. Pada keluarga inilah anak mendapat asuhan dari orang tua menuju ke arah perkembangannya.
Keluarga bagi seorang anak merupakan lembaga pendidikan non formal pertama, di mana mereka hidup, berkembang, dan matang. Di dalam sebuah keluarga, seorang anak pertama kali diajarkan pada pendidikan. Dari pendidikan dalam keluarga tersebut anak mendapatkan pengalaman, kebiasaan, ketrampilan berbagai sikap dan bermacam-macam ilmu pengetahuan. Di samping itu keluarga merupakan lembaga pendidikan yang membekali anak dengan berbagai pengalaman sosial dan nilai moral. Keluarga merupakan lingkungan yang juga ikut berpengaruh bagi anak sebagai individu dalam proses terbentuknya sikap, selain lingkungan pendidikan sekolah dan masyarakat.
Pada dasarnya, semua orang tua menghendaki putra-putri mereka tumbuh menjadi anak yang baik, cerdas, patuh, dan terampil. Selain itu, banyak lagi harapan lainnya tentang anak yang kesemuanya berbentuk sesuatu yang positif. Pada posisi lain, setiap orang tua berkeinginan untuk mendidik anaknya secara baik dan berhasil. Mereka berharap mampu membentuk anak yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berbakti pada orang tua, berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, nusa bangsa-negara juga bagi agamanya serta anak yang cerdas memiliki kepribadian yang utuh.
Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anak hendaklah kasih sayang yang sejati pula. Yang berarti pendidik atau orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri.2


B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada uraian latar belakang dalam bagian sebelumnya, maka pokok permasalahan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Apa yang di maksud dengan faktor eksternal?
2.Dari faktor-faktor eksternal, manakah faktor yang paling mempengaruhi?

C.KAJIAN PUSTAKA
Faktor eksternal adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan.
Orang Tua memegang peranan utama dan pertama bagi pendidikan anak, mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan, sedangkan guru disekolah merupakan pendidik yang kedua setelah orang tua di rumah. Pada umunnya murid atau siswa adalah merupakan insan yang masih perlu dididik atau diasuh oleh orang yang lebih dewasa dalam hal ini adalah ayah dan ibu, jika orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama ini tidak berhasil meletakan dasar kemandirian maka akan sangat berat untuk berharap sekolah mampu membentuk siswa atau anak menjadi mandiri.3

D.PEMBAHASAN
FAKTOR EKSTERNAL DALAM PEMBELAJARAN
Faktor eksternal adalah adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan.
Faktor eksternal yang berpengaruh dalam pembelajaran yaitu:
1.PENDEKATAN (GAYA) BELAJAR PESERTA DIDIK
Sebelum kita mengajarkannya pada orang lain, langkah terbaik adalah mengenali gaya belajar kita sendiri. Pertimbangan ini yang sering kali dilupakan. Dengan kata lain, kita sendiri harus merasakan pengalaman mendapatkan gaya belajar yang tepat begi diri sendiri. Sebelum menularkannya pada orang lain. Ada banyak alasan dan keuntungan yang bisa kita dapatkan apabila kita mampu memahami ragam gaya belajar termasuk gaya kita sendiri.
Ada beberapa gaya belajar yang bisa kita cermati:
1.gaya visual learners
gaya belajar ini adalah seseorang dapat belajar dengan mudah lewat saluran indera penglihatan.
Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini:
kebutuhan melihat sesuatu (informasi/ pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya.
Memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna
Memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistic
Memiliki kesulitan berdialog secara langsung
Terlalu reaktif terhadap suara
Sulit mengikuti anjuran secara lisan
Seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Untuk mengikuti ragam masalah tersebut, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan sehingga belajar tetap bisa dilakukan dengan memberikan hasil yang menggembirakan. Salah satunya adalah menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran.
2.gaya auditory learners
Gaya belajar ini adalah seseorang yang dapat belajar dengan mudah lewat saluran indera pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya kita bisa mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakternya yaitu:
semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaraan
memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentukmtulisan secara langsung
memiliki kesulitan menulis ataupun membaca
Ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk belajar apabila kita termasuk seseorang yang memiliki kesulitan- kesulitan belajar tersebut:
1.Menggunakan tape perekam sebagai alat bantu. Alat ini digunakan untuk merekam bacaan atau cacatan yang dibacakan atau ceramah di depan kelas untuk kemudian didengarkan kembali
2.Yang bisa dilakukan adalh dengan wawancara atau terlibat dalam kelompok diskusi
3.Dengan mencoba membaca informasi, kemudian diringkas dalam bentuk lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami
4.Dengan melakukan reviw secara verbal dengan teman atau pelajar
3.gaya tactual learners
Gaya belajar ini harus dilakukan dengan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini tidak semua orang bisa melakukannya:
menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar kita bisa terus mengingatnya.
Hanya dengan memegang, kita dapat menyerap informasinya tanpa harus membaca penjelasannya
Kita termasuk orang yang tidak bisa atau tahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan pelajaran
Kita merasa bisa belajar lebih baik apabila disertai dengan kegiatan fisik
Orang yang memiliki gaya belajar ini memiliki kemampuan mengoordinasikan sebuah tim dan kemampuan menggerakan gerak tubuh
Untuk orang-orang yang memiliki karakteristik tersebut, pendekatan belajar yang bisa dilakukan adalah belajar berdasarkan atau melalui pengalaman dengan meng unakan berbagai model atau peraga, bekerja di laboratorium, atau bekerja sambil belajar. Cara lain yang bisa digunakan adalah secara tetap membuat jeda ditengah waktu belajar. Tidak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter tactual learner juga akan mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk belajar mengucapkannya atau memahami fakta.
Pengguna computer bagi karakter ini akan sangat membantu. Karena, dengan computer dia bisa terlibat akyif dengan melakukan touch, sekaligus menyerap informasi dalam bentuk gambar dan tulisan. Selain itu, agar belajar menjhadi efektif dan berarti, orang dengan karakter di atas disarankan untuj memuji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta di lapangan.4
2. LINGKUNGAN BELAJAR
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosisitem.5
kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitarnya mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk budi pekerti dan watak seorang anak. Hal ini disebabkan karena lingkungan merupakan satu komponen dalam sistem pendidikan yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan.
Lingkungan belajar sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Lingkungan tersebut dapat meningkatkan keaktifan anak dan efektivitas belajar.6

3.POLA ASUH ORANG TUA
pola asuh orang tua adalah gambaran yang dipakai oleh orang tua dalam mengasuh, membesarkan, merawat dan mendidik yang berpengaruh secara langsung terhadap kemandirian anak dalam belajar.7
Baumrind dalam Agoes Dariyo (2004:97) membagi pola asuh orang tua menjadi tiga yakni permisif, otoriter, dan demokratis. 1. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.
Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.
Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.
2.Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.
Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.
Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid/ selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.
3.Pola Asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya.
Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.8

4.Saran agar pembelajaran bisa efektif
1.Peserta didik harus mengenali karakter dirinya sendiri.
2.Seorang guru dan orang tua harus mampu menciptakan lingkungan yang kondusif dan menyenangkan agar peserta didik dapat belajar secara efektif.
3.Baik ibu dan ayah harus kompak memilih pola asuh yang akan diterapkan kepada anak. Jangan plin-plan dan berubah-ubah agar anak tidak menjadi bingung.
4.Jadilah orang tua yang diteladani anak dengan mencontohkan hal-hal positif dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai anak dipaksa melakukan hal baik yang orangtuanya tidak mau melakukannya. Anak nantinya akan menghormati dan menghargai orang tuanya sehingga setelah dewasa akan menyayangi orangtua dan anggota keluarga yang lain.
5.Sesuaikan pola asuh dengan situasi, kondisi, kemampuan dan kebutuhan anak. Polas asuh anak balita tentu akan berbeda dengan pola asuh anak remaja. Jangan mendidik anak dengan biaya yang tidak mampu ditalangi orangtuanya. Usahakan anak mudah paham dengan apa yang kita inginkan tanpa merasa ada paksaan, namun atas dasar kesadaran diri sendiri.
6.Kedisiplinan tetap harus diutamakan dalam membimbing anak sejak mulai kecil hingga dewasa agar anak dapat mandiri dan dihormati serta diharga masyarakat. Hal-hal kecil seperti bangun tidur tepat waktu, membantu pekerjaan rumah tangga orangtua, belajar dengan rajin, merupakan salah satu bentuk pengajaran kedisiplinan dan tanggungjawab pada anak.

E.KESIMPULAN
Faktor-faktor eksternal tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan yang selanjutnya akan menentukan seberapa jauh seorang individu bersikap dan berfikir secara mandiri dalam kehidupan lebih lanjut.9
Factor eksternal yang mempengaruhi belajar peserta didik:
1.Gaya belajar
a.gaya visual learners
gaya visual learners adalah seseorang dapat belajar dengan mudah lewat saluran indera penglihatan.
b.gaya auditory learners
gaya auditory learners adalah seseorang yang dapat belajar dengan mudah lewat saluran indera pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.
c.gaya tactual learners
gaya tactual learners adalah dengan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya.
2.Lingkungan
Lingkungan belajar sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Lingkungan tersebut dapat meningkatkan keaktifan anak dan efektivitas belajar
3.Pola asuh orng tua
Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu di antaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Di samping itu, orang tua memiliki sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-beda, karena orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu, yaitu:
a.Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.
b.Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak.
c.Pola Asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua.

DAFTAR PUSTAKA
Uno, B., Hamzah, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008
Djamarah, S.B., Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008
Ali, Mohammad & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Remaja, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH4d24.dir/doc.pdf

Senin, 03 Mei 2010

TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH MENJADI BERDAYA GUNA DAN RAMAH LINGKUNGAN

TEMA

PENGOLAHAN SAMPAH KERTAS MENJADI ASBES

Oleh

IQBAL KHOIR

J3H107019

DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aktifitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukanya sebagai barang buangan yang disebut sampah. Sampah secara sederhana diartikan sebagai sampah organik dan anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi di suatu daerah. Sumber sampah umumnya berasal dari perumahan dan pasar. Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya adalah volume sampah yang sangat besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Dalam hal ini pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan kebijakan dari pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah yang menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di tempat pembuangan akhir (TPA).

Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial. Bahkan, dapat diartikan sebagai masalah kultural karena dampaknya mengenai berbagai sisi kehidupan, terutama di kota besar. Berdasarkan perkiraan, volume sampah yang dihasilkan oleh manusia rata-rata sekitar 0,5 kg/perkapita/hari, sehingga untuk kota besar seperti Jakarta yang memiliki penduduk sekitar 10 juta jiwa, menghasilkan sampah sekitar 5000 ton/hari. Bila tidak cepat ditangani secara benar, maka kota-kota besar tersebut akan tenggelam dalam timbunan sampah berbarengan dengan segala dampak negatif yang ditimbulkannya seperti pencemaran lingkungan seperti air, udara, tanah, dan menimbulkan sumber penyakit. Pada pengolahan sampah tidak ada teknologi tanpa meninggalkan sisa. Oleh sebab itu, pengolahan sampah membutuhkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA).

Sampah sebagai barang yang memiliki nilai, tidak seharusnya diperlakukan sebagai barang yang menjijikan, melainkan harus dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah atau bahan yang berguna lainnya. Pengolahan sampah harus dilakukan dengan efisien dan efektif, yaitu sedekat mungkin dengan sumbernya, seperti RT/RW, sekolah, rumah tangga sehingga jumlah sampah dapat dikurangi. Sampah merupakan sumber daya alam yang sangat besar, apabila kita dapat memanfaatkannya dengan baik. Oleh karena itu perlu melalui proses daur ulang secara organik untuk menghasilkan produk pupuk yang sangat penting sebagai unsur hara untuk kesuburan tanah dan perkembangan tanaman. Pengelolaan sampah diantaranya dapat dimanfaatkan berbagai kebutuhan manusia.

Sampah perkotaan adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan, yang timbul di kota.Lingkungan menjadi terlihat kumuh, kotor dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, merupakan sarang lalat, tikus dan hewan liar lainnya. Dengan demikian sampah berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit. Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan pencemaran sumur, sungai maupun air tanah. Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran pembuangan air sehingga dapat menimbulkan bahaya banjir. Pengumpulan sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat yang luas, tertutup dan jauh dari pemukiman. Sampah dikumpulkan dari sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah dengan mengolah sampah untuk dimanfaatkan menjadi produk yang berguna baik itu rumah tangga maupun bangunan.

Tujuan Karya Ilmiah

Tujuan dari karya ilmiah ini adalah menemukan pengelolaan sampah yang baik sebagai proses daur ulang. Banyak sampah yang dapat di proses untuk daur ulang salah satunya sampah kertas. Sampah kertas dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan campuran bahan bangunan yang berkualitas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk asbes rumah.

Manfaat Karya Ilmiah

Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi dibidang teknik pengolahan sampah kertas untuk salah satu campuran bahan bangunan rumah yang dapat di manfaatkan oleh masyarakat. Bahan bangunan yang dihasilkan berupa asbes rumah. Dalam hal ini sampah kertas sangat bermanfaat dalam usaha besar dan menengah sebagai suatu bidang bisnis untuk mendapatkan uang.

Metode Karya Ilmiah

Metode yang digunakan pada karya ilmiah ini adalah proses pembuatan bubur kertas menjadi asbes dengan cara mencampurkan berbagai bahan perekat seperti semen dan tepung kanji. Pembuatan ini berlangsung dengan bantuan sinar matahari sebagai tempat pengeringan bahan asbes yang sudah jadi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah

Sampah merupakan barang yang tidak berguna atau merupakan barang yang terbuang dari aktifitas manusia baik itu limbah industri maupun limbah dari pembuangan kotoran manusia. Sampah dapat berupa padatan atau setengah padatan yang dikenal dengan istilah sampah yang dalam keadaan basah dan sampah yang dalam keadaan kering. Pada hakikatnya sampah sangat jijik dihadapan masyarakat, oleh karena hanya sebagian masyarakat yang dapat atau mampu mengolah sampah baik itu sebagai pupuk tanaman, mainan anak, kerajinan tangan dan sebagian besar pelengkap dari bahan bangunan rumah.

Sampah merupakan masalah yang tidak ada habisnya, karena selama kehidupan ini masih ada maka sampah akan selalu di produksi. Produksi sampah sebanding dengan bertambahnya jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk maka semakin banyak jumlah sampah yang akan di produksi. Sampah tidak akan menjadi masalah jika kita dapat mengolahnya dengan baik yaitu dengan cara daur ulang. Mengelola sampah tidaklah sulit, dengan cara tidak membuang sampah sembarangan dan memilih-milih dan pisahkan antara sampah organik dan anorganik. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi sistem pengelolaan sampah di wilayah perkotaan misalnya karakteristik sampah, kepadatan dan penyebaran penduduk, karakteristik fisik dari lingkungan, rencana dan tata ruang perkotaan. Pengolahan sampah untuk menjadi bahan-bahan yang berguna akan memberikan keuntungan ekonomi. Selain meningkatkan efisiensi produksi dan keuntungan ekonomi bagi pengolah sampah, dapat mengurangi biaya pengangkutan sampah ke TPA, dapat menghemat energi, mengurangi jumlah penganguran, mengurangi angka kemiskinan, membuka lapangan kerja, dapat mempersempit lahan TPA serta lingkungan menjadi asri dengan berkurang jumlah sampah.

  1. Klasifikasi Sampah

1. Sampah Berdasarkan Sumbernya

1.1. Sampah rumah tangga

Sampah ini berasal dari pembuangan sisa makanan rumah tangga, baik itu sampah yang dapat didaur ulang dan yang tidak dapat didaur ulang.

1.2. Sampah komersial

Sampah yang berasal dari kegiatan komersial seperti pasar, pertokoan, rumah makan, tempat hiburan, penginapan, bengkel, kios, dan pendidikan.

1.3. Sampah bangunan

Sampah yang berasal dari kegiatan bangunan termasuk pemugaran dan pembongkaran suatu bangunan seperti semen, kayu, batu bata, dan genteng.

1.4. Sampah fasilitas umum

Sampah yang berasal dari pembersihan dan penyapuan jalan trotoar, lapangan, tempat rekreasi, dan sebagainya. Contoh jenis sampah ini adalah daun, ranting, kertas pembungkus, plastik, rokok, dan debu.

2. Sampah berdasarkan jenisnya

2.1. Sampah organik (bersifat degradabel)

Sampah organik merupakan sampah yang dapat di urai oleh hewan mikro organisme. Sampah organik pada umumnya berupa bangkai hewan, kotoran hewan, sisa tanaman yang pada umumnya dapat di urai secara cepat, dan tanpa merusak lingkungan disekitarnya.

2.2. Sampah anorganik (non degradabel)

Sampah anoragnik merupakan sampah yang tidak dapat diurai oleh bakteri atau hewan mikro organisme. Sampah anorganik dapat berupa plastik, kaca, dan logam. Pada umumnya sampah anorganik hanya sebagian yang dimamfaatkan oleh masyarakat seperti plastik dan logam.

C. Manfaat sampah

1. Sumber Pupuk Organik

Sampah dapat dijadikan sumber pupuk organik, yang dapat digunakan untuk segala keperluan pertanian misalnya dengan pemupukan yang dilakukan terhadap tanaman dapat menyuburkan tanaman tersebut.

    1. Sumber Humus

Sampah yang telah lama membusuk akan menjadi humus yang dapat menyuburkan tanah.

    1. Dapat di daur ulang

Sampah yang tidak berguna dapat di proses daur ulang menjadi barang yang berguna. Misalnya sampah yang dapat di daur ulang ialah sampah plastik dan sampah kertas. Barang-barang yang dianggap sampah karena sifat dan karakteristiknya dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses produksi. Sementara mendaur-ulang sampah didaur ulang untuk dijadikan bahan baku industri dalam proses produksi. Dalam proses ini, sampah sudah mengalami perubahan baik bentuk maupun fungsinya.

  1. Pemilahan Sampah

Pemilahan sampah menjadi sangat penting untuk mengetahui sampah yang dapat digunakan dan dimamfaatkan. Pemilahan sampah dilakukan di TPA, karena ini akan memerlukan sarana dan prasarana yang lengkap. Oleh sebab itu, pemilahan harus dilakukan di sumber sampah seperti perumahan, sekolah, kantor, puskesmas, rumah sakit, pasar, terminal dan tempat-tempat dimana manusia beraktivitas. Pemilahan berarti upaya untuk memisahkan sekumpulan dari “sesuatu” yang sifatnya heterogen menurut jenis atau kelompoknya sehingga menjadi beberapa golongan yang sifatnya homogen. Manajemen Pemilahan Sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan sampah sejak dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali dari pewadahan, pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan, melalui pengendalian pengelolaan organisasi yang berwawasan lingkungan, sehingga dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan yaitu.lingkungan bebas sampah.

Pada setiap tempat aktivitas dapat disediakan empat buah tempat sampah yang diberi kode, yaitu satu tempat sampah untuk sampah yang bisa diurai oleh mikrobia (sampah organik), satu tempat sampah untuk sampah plastik atau yang sejenis, satu tempat sampah untuk kaleng, dan satu tempat sampah untuk botol. Malah bisa jadi menjadi lima tempat sampah, jika kertas dipisah tersendiri. Untuk sampah-sampah berbentuk kaca tentunya memerlukan penanganan tersendiri. Sampah jenis ini tidak boleh sampai ke TPA. Sementara sampah-sampah elektronik (seperti kulkas, radio, TV), dan keramik. ditangani secara tersendiri pula. Jadwal pengangkutan sampah jenis ini perlu diatur, misalnya pembuangan sampah-sampah tersebut ditentukan setiap 3 bulan sekali.

Di Australia, misalnya, sistem pengelolaan sampah juga menerapkan model pemilahan antara sampah organik dan sampah anorganik. Setiap rumah tangga memiliki tiga keranjang sampah untuk tiga jenis sampah yang berbeda. Satu untuk sampah kering (an-organik), satu untuk bekas makanan, dan satu lagi untuk sisa-sisa tanaman/rumput. Ketiga jenis sampah itu akan diangkut oleh tiga truk berbeda yang memiliki jadwal berbeda pula. Setiap truk hanya akan mengambil jenis sampah yang menjadi tugasnya. Sehingga pemilahan sampah tidak berhenti pada level rumah tangga saja, tapi terus berlanjut pada rantai berikutnya, bahkan sampai pada TPA.

Nah, sampah-sampah yang telah dipilah inilah yang kemudian dapat didaur ulang menjadi barang-barang yang berguna. Jika pada setiap tempat aktivitas melakukan pemilahan, maka pengangkutan sampah menjadi lebih teratur. Dinas kebersihan tinggal mengangkutnya setiap hari dan tidak lagi kesulitan untuk memilahnya. Pemerintah Daerah bekerjasama dengan swasta dapat memproses sampah-sampah tersebut menjadi barang yang berguna. Dengan cara ini, maka volume sampah yang sampai ke TPA dapat dikurangi sebanyak mungkin.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut hasil yang telah diamati asbes merupakan serat mineral silika yang bersifat fleksibel, tahan lama dan tidak mudah terbakar. Asbes banyak digunakan sebagai penghantar listrik dan penghantar panas yang baik. Asbes banyak digunakan sebagai isolator panas dan pada pipa saluran pembuangan limbah rumah tangga, dan bahan material atap rumah. Asbes banyak digunakan dalam bahan-bahan bangunan. Jika ikatan asbes dalam senyawanya lepas, maka serat asbes akan masuk ke udara dan bertahan dalam waktu yang lama.

Asbes adalah istilah pasar untuk bermacam-macam mineral yang dapat dipisah-pisahkan hingga menjadi serabut yang fleksibel. Berdasarkan komposisi mineralnya, asbes dapat digolongkan menjadi dua bagian. Golongan serpentin; yaitu mineral krisotil yang merupakan hidroksida magnesium silikat dengan komposisi Mg6(OH)6(Si4O11) H2O, Golongan amfibol; yaitu mineral krosidolit, antofilit, amosit, aktinolit dan tremolit. Walaupun sudah jelas mineral asbes terdiri dari silikat-silikat kompleks, tetapi dalam menulis komposisi mineral asbes terdapat perbedaan. Semula dianggap bahwa silikatnya terdiri dari molekul. Akan tetapi berdasarkan hasil penyelidikan sinar-X, sebenarnya silikat-silikat itu terdiri dari molekul-molekul Si4O11 yang banyak digunakan dalam industri adalah asbes jenis krisotil.
Perbedaan dalam serat asbes selain karena panjang seratnya berlainan, juga karena sifatnya yang berbeda. Satu jenis serat asbes pada umumnya dapat dimanfaatkan untuk beberapa penggunaan yaitu dari serat yang berukuran panjang hingga yang halus.

Pembagian atas dasar dapat atau tidaknya serat asbes dipintal ialah serat asbes yang dipintal, digunakan untuk kopling, tirai dan layar, gasket, sarung tangan, kantong-kantong asbes, pelapis ketel uap, pelapis dinding, pakaian pemadam kebakaran, pelapis rem, ban mobil, bahan tekstil asbes. Alat pemadam api, benang asbes, pita, tali, alat penyambung pipa uap, alat listrik, alat kimia, gasket keperluan laboratorium, dan pelilit kawat listrik. Serabut yang tidak dapat dipintal terdiri atas semen asbes untuk pelapis tanur dan ketel serta pipanya, dinding, lantai, alat-alat kimia dan listrik.Asbes untuk atap. Kertas asbes untuk lantai dan atap, penutup pipa isolator-isolator panas dan listrik. Dinding-dinding asbes untuk rumah dan pabrik, macam-macam isolasi, gasket, ketel, dan tanur. Macam-macam bahan campuran lain yang menggunakan asbes sangat halus dan kebanyakan asbes sebagai bubur.
Asbes amfibol yang biasa digunakan sebagai bahan serat tekstil adalah dari jenis varitas krosidolit. Hal ini berhubungan dengan daya pintalnya yang sesuai dengan kebutuhan industri tekstil. Krisotil dan antagonit termasuk ke dalam golongan asbes serpentin. Krisotil juga merupakan jenis asbes yang sangat penting dalam industri pertekstilan.

Dalam hal ini tahapan yang akan dilakukan terhadap pembuatan asbes sangat berpariasi dilihat dari berbagai metode yang dilakukan. Adapun metode pembuatan daur ulang sampah kertas ini dilakukan dengan cara manual, dimana pemprosesannya relatif berat. Pembuatan asbes dilakukan dengan cara mendaur ulang sampah kertas dengan berbagai perekat yang dapat mendukung terbentuknya asbes yang bermutu. Hal ini di picu dengan adanya suatu metode yang dilakukan, agar bahan dari kertas dalam pembuatan asbes berkualitas dan tahan lama. Dari tinjauan pustaka yang telah dilakukan, bahwa beberapa sampah dapat dimamfaatkan sebagai daya guna dan ramah lingkungan. Dalam metode yang diambil dalam pembuatan daur ulang sampah diambil hasil pembahasan pendaur ulangan kertas bekas, dan Koran, hal ini dilihat dari segi ekonomisnya. Dalam tahapan selanjutnya bahan yang telah diproses dengan tahapan pembuburan kertas. Pembuatan dilakukan dengan menyiapkan bahan yang diperlukan seperti baskom, air, blender, pisau, cetakan asbes, semen, tepung kanji dan pemanas.

Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah persiapan kertas bekas, Koran bekas dan kertas lainnya yang akan di potong-potong dengan pisau. Pemotongan kertas ini bertujuan agar kertas lebuh mudah di bubur. Setelah dilakkan pemotongan kertas, kertas tersebut dimasukkan kedalam blender besar dengan mencampurkan bahan perekat kanji dengan air. Pencampuran ini dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan memasukkan potongan kertas. Setelah dilakukan pencampuran, mesin blender dinyalakan agar potongan kertas tersebut menjadi bubur.

Setelah dilakukan proses pembuburan, sebelumnya telah disediakan bahan untuk mencetak. Dengan mengangkat potongan bubur yang masih berada dalam blender . Potongan bubur akan dimasukkan kedalam cetakan, kemudian didiamkan kurang lebih sekitar 1(satu ) jam. Sewaktu cetakan bubur kertas didiamkan, selanjutnya potongan bubur tersebut diangin-anginkan tujuannya agar tidak terjadi proses pengerasan yang berakibat cetakan asbes kurang berkualitas(bermutu).

Tahapan selanjutnya harus lebih hati-hati, cetakan bubur kertas yang sudah diangin-anginkan akan disusun atau dirapikan diatas tungku yang telah disediakan untuk segera dibakar. Proses pembakaran tersebut berlangsung kurang lebih satu hari satu malam. Dalam proses pembakaran asbes yang telah jadi jangan ditinggal agar mutu asbes terjamin, apabila ditinggal dapat merusak asbes kertas atau tidaknya berkulatisnya bahan olahan tersebut. Setelah pembakaran tersebut selesai kayu bakar yang masih ada dipisahkan dari tempat pembakaran, sebelumnya cetakan tersebut ditutup dengan batako, sementara arang yang masih panas dari pembakaran tersebut didiamkan di area pencetakan dengan tujuan cetakan bubur kertas tersebut stabil dan panas arang tersebut habis. Cetakan yang sudah jadi terlebih dahulu dibersihkan, dan untuk memperoleh cetakan yang beragam, cetakan diwarnai dengan cat tembok guna memperoleh daya tarik pembelinya.

Daya tarik pembeli dilihat dari kualitas barang dan keras tidaknya barang asbes tersebut. Dalam proses pemasaran asbes yang kurang bermutu dipisahkan dengan asbes yang bermutu, tujuannya untuk membedakan harga. Dengan demikian konsumen dapat memilih dengan bebas. Pemasaran dapat didukung dengan adanya alat transportasi yang bisa dikirim dalam negeri dan luar negeri.

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil pemanfaatan sampah sebagai bahan yang dapat dimamfaatkan, salah satunya bahan bangunan. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa metode daur ulang sampah kertas dapat meningkatkan pendapat ekonomi masyarakat. Penggunaan pengolahan sampah menjadi asbes dapat meningkatkan dengan didukung teknologi yang bermutu dan tepat guna dan kualitas bagi kelangsungan pengolahannya. Sampah bekas dari kertas, dan koran dimanfaatkan menjadi barang berdaya guna sangat mendorong masyarakat untuk mengembangkannya.

Saran

Berdasarkan karya ilmiah ini beberapa hal yang penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dan saran adalah pemanfaatan sampah sebagai bahan bangunan dengan metode daur ulang sampah kertas dan sangat perlu diaplikasikan terhadap berbagai jenis kertas dengan penelitian lebih lanjut. Dalam hal ini penulis menerima kritik, saran yang mendukung demi terciptannya makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Djuarnani N, Kristian, Setiawan BS. 2005. Cara Cepat Membuat kompos. Cet.1. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hadisuwito S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Cet. 1. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Moerdjoko S, Widyatmoko. 2002. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah. Cet.1. PT. Dinastindo Adiperkasa Internasional. Jakarta.

Musnamar EI. 2006. Pembuatan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Cet.3. Penebar Swadaya. Jakarta.